POV 1
Bencana yang disebut covid-19
telah berhasil mengubah kehidupan masyarakat hampir secara total. Meskipun sudah
banyak himbauan sebelum virus ini benar-benar sampai ke Indonesia, nyatanya tak
banyak yang mengalami panic action ketika tamu tak diundang ini benar-benar
datang. Justru banyak yang mendadak menjadi pakar kesehatan hingga pakar
spiritual di media sosial. Pandemi ini benar-benar ajaib.
Memang tak elak akan banyak
terjadi perdebatan, apalagi Indonesia yang masyarakatnya terkenal bebal dan
segan menalar ke dalam. Tapi untuk kali ini, apakah tidak bisa meninggalkan ego
masing-masing demi keselamatan bersama?
Pemerintah sedang berusaha
semaksimal mungkin untuk mengurangi dan menghentikan penyebaran virus ini agar
tak merenggut banyak nyawa lagi. Tapi apalah artinya pemerintah yang hanya
menyeru tanpa digugu oleh masyarakatnya. Bahkan semakin banyak yang
seakan sengaja menentang dan menantang maut dengan dalil ketuhanan. Ah, lucunya Negeri ini.
Sehari yang lalu, justru muncul
ajakan untuk bergotong royong bersatu padu mengeratkan genggaman tangan
demi pengadaan spot cuci tangan di seluruh kota. Tujuannya sih untuk membantu
para pekerja lepas yang mau tak mau harus tetap bekerja di tengah pandemik ini.
Terkesan baik dan memikirkan sesama, tapi bagaimana jika salah satu atau bahkan
beberapa dari spot tersebut justru menjadi media penyebaran yang lebi masif?.
Jangan dibayangkan ya, menyedihkan.
Himbauan tentang social distancing
yang belakangan dialihkan ke phisycal distancing menjadi pilihan untuk siapapun
yang merasa perlu menjaga diri dari virus yang bisa bertahan selama tiga jam di
udara ini. Zaman makin berkembang dan kehidupan sosial bisa berjalan via
daring. Sekolah diliburkan, segala kegiatan berjalan via media yang kian
berkembang pesat. Life must go on. Tetap #DiRumahAja dan kehidupan akan
tetap berjalan dengan baik.
Virus lama bernama hoax pun kian menyebar.
Tetap hati-hati dan jangan sampai termakan oleh hoax yang dibuat sendiri. bukannya
meredakan, justru menambah kasus baru. Seperti video merokok yang dilakukan
oleh sekelompok orang yang bahkan mengikutsertakan anak-anak. Narasinya pun
seakan paling kuat dan kebal, padahal bebal. Atau hoax tentang menambahkan pil
amoxicillin pada bak penampungan air yang katanya bisa menangkal virus corona. Ya
Ampun, kenapa makin aneh saja masyarakat kita ini.
Tentang pandemi ini, serahkan
pada siapapun yang kompeten dan berwenang mengatur. Jalankan tugas kita sebagai
warga masyarakat yang baik untuk tetap menjaga kondusifitas wilayah
masing-masing. Tak perlu banyak bacot tak penting, apalagi menyerang
pihak lain demi kepuasan dan kepentingan pribadi. Ini wabah, ini musibah,
siapapun memiliki kemungkinan terserang jika tak aman.
POV 2
Sekolah-sekolah diliburkan demi
tak menambah banyak korban. Tugas sekolah berubah menjadi tugas orang tua. Entah
sudah berapa banyak keluhan yang tersebar di media sosial tentang kesusahan
orang tua membantu anaknya mengerjakan soal yang diberikan pihak sekolah. Tak jarang
pula muncul makian dan hinaan yang mungkin jika didengar para SJW (Social
Justice Warrior) bisa dipidanakan. Sungguh ngeri dan mencekam. Orang tua
sudah lelah bekerja untuk anaknya, ditambah lagi memikirkan turunnya pendapatan
dan masih harus menemani anaknya belajar. Huft, terbayang betapa lelahnya.
Di beberapa belahan bumi yang
lain, ada kaum rendahan yang menggantungkan hidupnya pada apa yang dikerjakan
hari ini. Tak ada tanggungan besar dalam hidupnya kecuali apa yang harus
dimakan hari ini. Corona? Covid-19? Pandemi? Tak ada artinya bagi mereka. Bekerja
adalah hal yang wajib dan tak boleh ditinggal, apapun alasannya. Interaksi
mereka ada yang terbatas adapula yang tanpa batasan. Sebatas ke sawah, sebatas
ke ladang, sebatas ke rumah majikan atau tanpa batas melanglang buana tak tentu
arah mencari barang bekas atau menunggu pelanggan di pinggir jalan.
Hidup mereka tak kompleks, sangat
monoton, tapi tak banyak pilihan yang dimiliki. Mengikuti himbauan #DiRumahAja
artinya mereka akan kelaparan. Memang aman dari virus kejam itu, tapi penyakit
lain akan datang merusak kehidupan mereka.
Sementara corona menjadi sorotan,
penyakit lain tak diindahkan. Korban Demam Berdarah Dengue tak bisa
disepelekan. Desinfektan disebarkan, tapi voging ditinggalkan. Aman dari virus
tapi nyamuk makin gencar menyerang.
Pusat perbelanjaan banyak yang
libur, its ok untuk yang sempat merasakan panic buying kemarin. Persediaan
lengkap dan aman untuk beberapa hari ke depan. Lagi-lagi fulus yang berbicara,
hanya orang kaya yang bisa melakukannya. Mereka yang bekerja dengan hasil
pas-pasan hanya bisa makan yang ada. Jika garam habis dan tak ada tempat
membeli. Lauk hambarpun tetap jadi kudapan lezat di mata mereka.
Gaya hidup sehat, air bersih,
masker, cuci tangan sesering mungkin hanya informasi yang sekilas lewat di
telinga mereka. Mereka begitu percaya bahwa dunia masih baik-baik saja. Sebentar
lagi pandemi akan hilang dan kehidupan berjalan seperti biasa. Seperti kemarin
dan hari ini, karena setiap hari adalah sama bagi mereka.
Disclaimer
Dua POV diatas adalah hasil
pengamatanku selama dua minggu. di tengah pandemi global ini, ternyata banyak
hal unik yang terjadi. Bukan bermaksud membuat lelucon, tapi sekedar berbagi
tentang apa yang aku rasakan. Dua sisi kehidupan berbeda membuat siapapun
jengah, lebih jengah lagi jika ada di posisiku saat ini yang ada diantara
mereka. Niat hati menjadi seperti yang diatas tapi apa daya tangan tak sampai,
tapi untuk hidup seperti POV kedua rasanya mentalku belum siap menjalaninya.
Hidup di antara dua kubu rasanya
cukup menyesakkan, berjalan ke 1 sisi aku dihadapkan pada solusi untu tetap di
rumah dan bekerja sepanjang waktu. Pekerjaan selesai dan dapur tetap ngebul,
nafsu makan tetap terjaga, gizi dan nutrisi tetap aman terkendali. Di sisi yang
lain, tak akan ada sendawa setelah makan jika tak bekerja hari ini. Bahkan
jikapun bekerja, belum tentu juga porsi makannya akan sama.
Memang tidak mudah menjalani
hidup di tengah pandemik ini. merasa sudah baik-baik saja, ternyata diburu kepanikan
yang sebenarnya tak perlu ada. Insecurity yang meningkat drastis membuat
siapapun cenderung acuh pada sesama. Tapi bukan itu intinya, yang penting
adalah saling menjaga. Menerima apa yang dianjurkan oleh pemegang kuasa,
berusaha melakukan yang terbaik dimulai dari diri sendiri untuk orang lain di
luar sana. tetap berbuat baik pada sesama meskipun tak ada jabat tangan,
gantikan dengan senyuman tulus untuk saling menguatkan.
Tetap menjaga lisan dan jari agar
tak mudah terprovokasi dan tanpa sadar menjadi provokator di sirkel baru. Tetap
stay #DiRumahAja dan menjaga kewarasan dengan asupan informasi daring
bermanfaat serta menjaga kesehatan dengan asupan gizi yang cukup. Tetap rajin
cuci tangan, gunakan masker jika terpaksa keluar dan jaga jarak minimal 1 meter
dengan orang yang terindikasi flu atau sejenisnya.
Mohon maaf jika ada salah kata. Terimakasih
sudah membaca.
3 komentar
شركة كشف تسربات المياه بخميس مشيط
BalasHapusشركة كشف تسربات المياه بابها
شركة مكافحة الحشرات بالاحساء
شركة كشف تسرب المياه بالقصيم
BalasHapusشركة كشف تسربات المياه بالقصيم
شركة جلى بلاط بالقصيم
شركة تنظيف كنب بالقصيم
BalasHapusشركة مكافحة الفئران والصراصير بالخبر
شركة مكافحة النمل الابيض بالجبيل
شركة مكافحة النمل الابيض بصفوى
شركة مكافحة النمل الابيض بعنك
Udah selesai bacanya?
Komentar yuk, siapa tau isi hati kita sama :)